Citizen Discussion 1 –
Airbnb dan Housing Crisis
3 April 2017
Dalam diskusi pertama Citizen,
anggota komunitas Citizen mendiskusikan potensi housing crisis di Indonesia
dengan menggunakan case study kota San Francisco yang mengalami keterbatasan
supply perumahan dan kenaikan harga/sewa rumah di kota. Di dalam sebuah article
yang dituliskan oleh Alice Turong (2015), hal ini terjadi akibat tingginya
aktivitas komersialisasi rumah-rumah sebagai akomodasi sewa pendek yang dipicu
oleh keberadaan Airbnb yang memfasilitasi pertemuan dan transaksi antar penyewa
dan pemilik akomodasi.
Diskusi dilaksanakan dengan menjawab
lima (5) pertanyaan yang berhubungan dengan case study yang diberikan dan
implikasinya terhadap kota-kota di Indonesia. Tujuan dari post ini adalah untuk
menyimpulkan hasil diskusi untuk setiap pertanyaan yang diberikan.
Apa
kalian familiar dengan model bisnis Airbnb? Dan apakah dampak dari Airbnb sudah
terasa seperti apa yang terjadi di San Francisco (SF)?
Mayoritas
dari anggota komunitas citizen sebelumnya tidak mengetahui keberadaan Airbnb
dan setuju bahwa Indonesia harus muai memikirkan bagaimana beradaptasi terhadap
trend Airbnb agar issue yang dirasakan di SF tidak terjadi di Indonesia.
"Kalau di Makassar
sendiri, dampaknya belum terasa. Karena di sini hotel masih sangat popular dan factor
penyebab krisis perumahn mayoritas disebabkan oleh kurangnya lahan dan
pertumbuhan penduduk. Maka dari itu mungkin issue ini belum begitu dibicarakan
oleh pemerintah daerah." – Satriani Zain
"Menurut saya masih
belum terasa dampaknya, karna hotel juga banyak dibangun dan harganya sewa
hotelnya juga masih relatif murah, ditmbah lagi belum familiarnya masyarakat
dengan Airbnb, karena Traveloka, dll." – Echi
Rachmat
Dalam diskusi ini kami dapat
menyimpulkan bahwa familiarity public terhadap sebuah servis menentukan besar
market shift dari industry perhotelan di kota-kota di Indonesia.
Dampak
Airbnb Terhadap Ekonomi Lokal
Airbnb pada tahun 2015 mencalim
bahwa platform sharing economy tersebut telah berkontribusi terhadap
perekonomian kota SF sebesar 469 Juta US Dollar. Berdasarkan analisa dan
diskusi kami, kami dapat menyimpulkan bahwa dalam keberadaan Airbnb dapat
menguntungkan pemilik akomodasi dan juga secara tidak langsung menghidupkan
perekonomian disekitarnya. Hal lain dimana hal ini dapat menguntungkan
masyarakat local adalah dengan pengalokasian dana yang dikumpulkan dari pajak
perhotelan Airbnb dapat di alokasikan untuk pembangunan unit-unit perumahan yang
affordable. Namun, kami juga melihat dimana keuntungan-keuntungan ini bisa
dimanipulasi oleh investor-investor asing yang menggunakan Airbnb sebagai
sarana mendapatkan pendapatan dari asset tidak berjalan.
"Menurut saya
tentunya menguntungkan karena jadi penghasilan tambahan bagi masyarakat
terkhusus di dareah/kawasan pariwisata" – Arta
Mulyamin
"Secara tidak
langsung pendapatan yg semakin besar ini bisa jadi menguntungkan ke sisi
masyarakat, asalkan pemerintah memang menggunakan uang tersebut untuk kepentingan
rakyat, misalnya untuk membangun rumah murah bagi masyarakat yang tidak mampu" –
Nurul Ilmi
Nurul Ilmi juga telah memberikan
satu case study yang menunjukan bahwa demand untuk akomodasi baik yang melalui
online seperti Airbnb atau tidak juga bergantung terhadap destinasi wisata yang
ada di suatu daerah.
"Ada satu daerah di
sulsel kabupaten Gowa, Malino (destinasi wisata) banyak juga warga yg menyewakan
rumah ataupun kamar secara langsung tdk melalui online. Jadi penawarannya
melalui spanduk atau papan di jalan. Tapi yang saya liat hanya ramai saat musim
liburan mis: tahun baru, libur panjang dan sebagainya." – Nurul Ismi
Dampak
Airbnb Terhadap Industri Perhotelan
Di tengah-tengah diskusi, sebuah
pertanyaan yang menarik yang mempertanyakan mengenai dampak Airbnb terhadap industry
perhotelan juga dipertanyakan oleh Ira Amaliyah:
"Kebradaan airbnb
ini dapat menimbulkan crisis housing. Saya penasaran dengan bagaimana dampaknya
terhadap industry perhotelan. Jelas keberadaan mereka tergeser bukan?"-Ira Amaliyah
Komunitas
citizen menggambil kesimpulan berdasarkan studi kasus dari London bahwa demand
untuk perhotelan memang berkurang namun satu catatan penting adalah bagaimana
servis-servis yang disediakan oleh Airbnb dan Hotel seperti biasanya; dan juga
jenis pariwisata yang tersedia itu memiliki target market yang berbeda-beda.
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap jenis akomodasi yang dibutuhkan bagi
penyewa. Untuk hal-hal lain seperti akses dan kemudahan transaksi sudah tidak
relefan lagi dalam perdebatan ini karena sudah banyaknya jasa-jasa pencari
hotel online seperti traveloka.
Apakah menurut kalian regulasi yang
dikeluarkan pemerintah SF untuk meregulasi Airbnb ini sudah efektif?
Berikut
ini adalah 2 key regulation yang dikeluarkan dan telah kami bahas:
- Sewa jangka pendek dibatasi 60 hari berturut-turut
- Penyewa harus mendaftarkan rumahnya ke pemerintah dan mbayar pajak hotel senilai 14%
"Menurut aku
efektif karena kalau penyewaannya di batasi, jelas untk penyewa yg ingin menyewa
dengan jangka waktu yang lama akan tereliminasi. Sehingga penyewanya ini akan beralih
me alternative yg lain."– Ira Amaliyah
"Kalau dari sudut
pandang penyewa ya kalau hanya untuk kebtuhan wisata efektif. Tapi kalau aku
student ini bisa menyulitkan aku, karena sehrusnya bisa ada pilihan seperti kos
kosan dengan sewa setengah tahun atau satu tahun gitu Kalau dari sudut pandang
pemilik Airbnb mereka bisa berfikir dua kali kalau ada pajak. Karena yang
ditakutkan adalah jangan sampai di SF itu didominasi oleh airbnb. Rumah harus kembali
ke fungsiny sebagai tempat tinggal penduduk itu sendiri. Saya melihat ini, sebagai
bentuk upaya pemerintah untuk mengurangi orang-orang yang bergntung terhadap
pemasukan dari Airbnb saja." – Satriani Zain
"Efektif, namun
sewa jangka pendek dibatasi 60 hari berturut2 ini apakah berlaku di satu
properti sajakah? Atau bisa di sambung lagi tp dngan mencari rumah lain
misalnya. Penetapan harga juga, apakah penyewaan airbnb ini memang dbyarnya per
hari? Juga, tdk menutup kemungkinan klo ada yg ingin menginap agak lama,
negosiasi harga bisa terjadi?"– Echi Rachmat
Secara garis besar dan dilihat dari
permukaan, regulasi tersebut dapat kami simpulkan sebagai usaha yang efektif
dalam meminimalisir dampak negatif housing crisis yang ditimbulkan oleh Airbnb.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh Echi Rachmat juga telah menunjukan
bahwa dibutuhkannya pemahaman yang lebih dalam mengenai policy ini untuk dapat
menilai kesuksesan policy tersebut, namun secara garis besar kami berpendapat
bahwa innovasi seperti Airbnb membawa dampak positif namun membutuh kan
regulasi yang memastikan keadilan bagi seluruh pihak yang terlibat.
Policy Making dan Kemjuan Teknologi
Berikut ini adalah pendapat anggota
komunitas citizen dalam menanggapi perubahan teknologi:
"Dalam menghadapi perubahan teknologi sebenarnya salah satu
fungsi dari teknologi itu itu memudahkan kehidupan. Masalahnya, teknologi yang
membantu itu bagi sebagian orang dapat menjadi konflik sumber konflik. Kalau
menurut saya, untuk mencegah dampak buruk dari airbnb kita (Indonesia) dapat
mengadopsi regulasi dari luar yang telah menerapkan regulasi bagi penyedia jasa
short stay seperti Airbnb. Regulasinya sendiri harus tegas dan berjalan sebelum
terjadi masalah-masalah perumahan seperti di SF." – Echi Rachmat
"Saya berharap usaha konvensional juga sebaiknya membenahi
diri, liat kelemahannya dimana kemudian diperbaiki. (Dan pemerintah tidak
membuat regulasi yang) akan membuat yang sudah mudah di akses menjadi turun
levelnya kembali ke konvensional" – Nurul
Ilmi
"Semuanya menurut saya butuh pengendalian. Sebenarnya
teknologi sangat membantu, tapi mengambil contoh seperti moda transportasi
online sendiri itu dapat menjadi suatu maslah karena dapat mematikan yang
konvensional. Untuk AirBnb sendiri di Indonesia belum berdampak besar. jadi ini
menurut saya ini masih baru dampak positifnya yang terlihat dan terasa. Karena tanpa
airbnb pun penyewaan konvensional yang digunakan khususnya di daerah destinasi
wisata masih akan ada." – Satriani Zain
"(Dalam konteks issue transportasi, namun dapat juga
diaplikasikan kedalam konteks issue perumahan) salah
satu jalan tengahnya menurut saya bisa sharing economy antra online dengan
konvensional. Jika salah satu melanggar (kesepakatan berdasarkan zonasi), bisa dikenakan
kredit/disinsentif. Itu semua bisa dicoba dgn teknologi+desain." – Devil Rinaldo
_________________________________________________________________________________
Diskusi forum komunitas citizen dilaksanakan setiap minggu dengan tujuan memperluas wawasan
anggotanya atas issue-issue perkotaan. Untuk komentar, pertanyaan mengenai
hasil diskusi dan informasi mengenai kegiatan komunitas kami dapat anda
ditinggalkan di kolom komentar atau bisa di email ke komunitas.citizen@gmail.com
Moderator diskusi & penulis: Satia Putra
Satia Putra saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di University College London dalam program BSc Urban Planning, Design and Management (email: satia.putra.15@ucl.ac.uk)
Satia Putra saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di University College London dalam program BSc Urban Planning, Design and Management (email: satia.putra.15@ucl.ac.uk)